Wafatnya Rasulullah SAW bagian 1

Rasulullah adalah manusia suri tauladan yang baik dalam keadaan hidup dan dalam keadaan wafatnya, dalam perbuatan dan perkataan.



Semua hal Ihwal Rasulullah menjadi ibarat bagi orang-orang yang memandang. Dapat sebagai renungan bagi orang-orang yang merenungkan. Tak ada manusia yang lebih mulia disisi Allah kecuali beliau Rasulullah SAW.

Meskipun Rasulullah adalah kekasih Allah, namun kematiannya tidak ditangguhkan, walaupun hanya sesaat. Bahkan Allah memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Dan malaikat maut melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepadanya, dan mengikuti apa yang didapatkannya yang tertulis pada Lauhul Mahfudz.

Begitulah keadaan Rasulullah. Di sisi Allah, beliau adalah orang yang mempunyai kedudukan tercukupi. Beliau adalah orang yang memiliki syafaat di hari Hisab.

Mengherankan sekali jika kita tidak mengambil Ibrah darinya, dan kita tidak percaya pada apa yang akan kita jumpai kelak. Mengherankan pula jika kita tidak merenungkan dan menjadikan pelajaran terhadap wafatnya Rasulullah SAW.

Pada Artikel kali ini, penulis ingin mbagikan sebuah hidayah tentang meninggalnya Rassulullah SAW, semata untuk mempertebal Iman yang ada dalam diri kita masing-masing.

Rasulullah SAW adalah manusia pilihan, Kekasih Allah, derajatnya mulia, namun menghadapi kematian, ia benar-benar merasa pedih dan berat. Apalagi kita yang dekat dengan kejdzaliman ini.

Allah SWT berfirman "Dan tidak ada seorangpun dari padaMu melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut" (QS. Maryam 71-72)

Hendaklah setiap orang memperhatikan dirinya sendiri, bahwa apakah ia lebih cenderung dekat kepada kedzaliman, atau cenderung kepada ketakwaan.

Sesudah itu kita bandingkan dengan perjalanan hidup orang Shalih, para Wali Allah, pemimpin dan orang-orang yang bertaqwa. Muhammad adalah seorang penghulu Rasul, tetapi Betapa ia merasakan beratnya sakaratul maut. walaupun pada akhirnya ia akan kembali ke Surga.

Ibnu Mas'ud r.a. berkata: Kami menemui Rasulullah SAW di rumah Aisyah ra di saat ia sedang menghadapi kematian. Rasulullah SAW memandang kami. Kedua matanya mengalir air mata, lalu bersabda, "Selamat datang kepadamu. Mudah-mudahan Allah menghidupkanmu, melindungi dan menolongmu. Aku berwasiat kepadamu dengan takwa kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata dariNya, yang kusampaikan kepadamu., bahwa janganlah kamu sombong terhadap Allah di negeriNya dan kepada para hambaNya. Ajal telah dekat dan kembali kepada Allah, ke Sidratul Muntaha, ke Surga Al'qa dan ke kelas yang lebih sempurna. Maka ucapkanlah untukku dan untuk orang yang masuk pada agamamu setelah ku salam dan rahmat Allah dariku!" (HR. Al Baszzar)

Diriwayatkan pula dalam hadits Ath Thabrani berasal dari Ibnu Abbas bahwa menjelang kematiannya, Rasulullah berkata kepada Malaikat Jibril, "Siapkanlah bagi umatku sesudahku!"

Allah berfirman kepada Malaikat Jibril, "berilah kabar gembira kepada kekasihKu bahwa aku tidak akan menelantarkannya. Berilah kabar gembira bahwa dia adalah yang paling cepat keluar dari bumi di antara para manusia ketika mereka dikumpulkan, dan bahwa surga haram bagi umat-umat lain sebelum umatnya memasukiNya" maka Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Sekarang sejuklah mataku (aku merasa senang)."

Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW menyuruh kami agar memandikannya. maka kami melaksanakan perintahnya. Dia merasa senang, lalu keluar ke Masjid dan mengerjakan shalat bersama orang-orang ia memohonkan ampunan bagi orang-orang Uhud, dan mendoakan Mereka. Lalu berpesan kepada orang-orang Anshar: Adapun sesudah itu, wahai kaum Muhajirin, Sesungguhnya kamu bertambah dan kaum Anshar tidak bertambah atas keadaannya yang ia berada di dalamnya pada hari ini. Dan sesungguhnya kaum Anshar adalah koporku yang aku berlindung kepadanya. Maka muliakanlah Yang Mulia dari mereka, yakni orang-orang yang berbuat baik dan memaafkan orang lain yang berbuat jelek untuk mereka." Kemudian beliau SAW bersabda "Sesungguhnya seorang hamba disuruh memilih diantara dunia dan apa yang di sisi Allah, lalu ia memilih apa yang ada di sisi Allah."

Lalu Abu Bakar ra menangis. Dia mengira kata-kata Rasulullah SAW itu ditujukan kepadanya. Maka Rasulullah SAW bersabda "Sabarlah kamu, wahai Abu Bakar! Tutuplah pintu-pintu menuju masjid, kecuali pintu Abu Bakar. Sesungguhnya aku tidak mengerti, seseorang yang lebih utama persahabatan yang padaku kecuali Abu Bakar."

Aisyah ra berkata, "Rasulullah SAW kemudian menghadapi saat-saat kematiannya di rumahku dalam pelukanku. Aku menciumnya. Lalu saudaraku Abdurrahman mendekatiku dan tangan kanannya memegang Kayu Siwak. Rasulullah SAW memandang Kayu Siwak yang dibawa oleh Abdurrahman. Aku tahu Rasulullah sangat menyukai Kayu Siwak. Aku berkata, " Ku ambilkan Kayu Siwak buatmu.?" Rasulullah menganggukan kepalanya. Aku lalu menyerahkan Siwak itu kepadanya. Beliau SAW memasukkan Kayu Siwak yang kasar ke mulutnya. Aku katakan, "Ku haluskan dulu Siwaknya". Beliau mengangguk. Lalu aku menghaluskannya. Kemudian beliau SAW bersabda " Tidak ada Tuhan selain Allah, Sesungguhnya kematian itu mempunyai sekarat sekarat."

Ikuti kisah selanjutnya: Wafatnya Nabi Muhammad SAW bagian 2

hidupsatuayat.blogspot.com

Comments